SISTEM PENCERNAAN HEWAN RUMINANSIA
SISTEM
PENCERNAAN HEWAN RUMINANSIA
1.
|
Gigi seri (Insisivus) memiliki bentuk untuk
menjepit makanan berupa tetumbuhan seperti rumput.
|
2.
|
Geraham belakang (Molar) memiliki bentuk
datar dan lebar.
|
3.
|
Rahang dapat bergerak menyamping untuk
menggiling makanan.
|
4.
|
Struktur lambung memiliki empat ruangan,
yaitu: Rumen, Retikulum,
Omasum dan Abomasum.
|
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama
dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus.
Namun demikian, struktur alat pencernaan kadang-kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang
lain.
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, retikulum, omasum, danabomasum dengan ukuran yang bervariasi
sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya. Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%,
omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%. Pembagian ini terlihat dari bentuk tonjolan
pada saat otot sfinkter berkontraksi.
Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi
sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi
pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase
yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan
akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi
gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus). Bolus akan dimuntahkan kembali ke
mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke ornasum.
Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan
bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya
dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh
enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan
protozoa) akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak
tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini
akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan
pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial
seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada sapi. Hewan
seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti pada sapi untuk fermentasi
seluIosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri
terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum
tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda,
kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi
satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua
kali, yakni pada lambung dan sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan
protozoa tertentu.Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan
dengan sekum karnivora. Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume
besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan
kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.Usus pada sapi sangat panjang,
usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh makanannya yang
sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).Enzim selulase yang dihasilkan
oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam
lemak, tetapi juga dapat
menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi
alternatif.Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar
dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang
mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).
Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan
kimia yangdialami bahan makanan selama berada di dalam alat pencernaan.
Prosespencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih
kompleksdibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya.
Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu
retikulum (perutjala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum
(perut sejati).Dalam studi fisiologi ternak ruminasia, rumen dan retikulum
sering dipandangsebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum
disebut sebagaiperut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100
lembar. Fungsiomasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada organ tersebut
terjadipenyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit. Pada organ
inidilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak terbang(Frances
dan Siddon, 1993). Termasuk organ pencernaan bagian belakanglambung adalah
sekum, kolon dan rektum. Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu
proses yangdisebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang
dimakanditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat,
pakanyang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses
regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan
ditelan kembali(proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi
oleh enzim-enzimmikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam
rangkaianproses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi
danpenyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat
untukpergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice(Tilman
et al. 1982).
Di dalam rumen
terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.Mikroba rumen dapat
dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa danfungi (Czerkawski,
1986). Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangatbermanfaat bagi pencernaan
pakan serat, karena dia membentuk koloni padajaringan selulosa pakan. Rizoid
fungi tumbuh jauh menembus dinding seltanaman sehingga pakan lebih terbuka
untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.Reagen-reagen pada percobaan di atas, digunakan untuk mengetahui kandungan
zat tertentu yang ada pada makanan. Seperti larutan benedick yang digunakan
untuk mengetahui kandungan glukosa, biuret yang digunakan untuk
mengetahui kandungan protein, dan lugol untuk mengetahui kandungan amilum pada
makanan.
Jika suatu makanan mengandung
glukosa, ketika makanan tersebut ditetesi larutan benedick, dicampur lalu
dipanaskan di air mendidih, maka makanan tersebut warnanya akan berubah menjadi
kuning.
Jika suatu makanan mengandung
protein, ketika makanan tersebut ditetesi larutan biuret, lalu dicampur. Maka
makanan tersebut warnanya akan berubah menjadi ungu.
Dan jika suatu makanan mengandung
amilum, maka ketika makanan tersebut ditetesi lugol dan kemudian dicampur.
Makanan tersebut akan berubah warnanya menjadi biru tua atau hitam.
Posting Komentar